4 TIPS SHOLAT KHUSYU
Mari kita tanya pada Qur'an, bagaimana nak lakukan shalat yang lebih khusyu.
QS. 47 Muhammad:24 Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur'an ataukah hati mereka terkunci?
4 Tips ini baik dicoba untuk mencapai shalat yang lebih khusyu:
1. Jangan pernah berfikir jika kita masih bisa hidup setelah shalat.
Mari kita tanya pada Qur'an, bagaimana nak lakukan shalat yang lebih khusyu.
QS. 47 Muhammad:24 Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur'an ataukah hati mereka terkunci?
4 Tips ini baik dicoba untuk mencapai shalat yang lebih khusyu:
1. Jangan pernah berfikir jika kita masih bisa hidup setelah shalat.
Kita harus yakin jika shalat ni
ialah sebagai shalat terakhir kita dimuka bumi ni, sering kita dengar si fulan
meninggal seusai shalat, si fulan meninggal setelah adzan, imam fulan meninggal
saat sujud dan lainnya. Si fulan meninggal saat tengah judi, maksiat dan
lainnya.
Mungkin ini ialah shalat terahir
di dunia, setelah itu, kita harus relakan suami / istri kita seorang diri, anak
kita menjadi yatim piatu, mungkin nanti malam ialah malam pertama dalam liang
kubur, semua harta yang kita kumpulkan tak akan kita bawa, & menjadi hak
saudara kita, wajah elok & cantik yang kita banggakan dalam sekejap akan
berubah busuk.
Dari Abi Ayyub ra bahwa Nabi saw
bersabda: Apabila engkau mendirikan shalat maka maka shalatlah seperti
shalatnya orang yang akan berpisah”. (Musnad Imam Ahmad: 5/412)
“Orang yang akan Berpisah” yang
dimaksud disini ialah seperti halnya orang yang akan berpisah nyawa &
raganya, akan berpisah dengan semua anak istri, harta, tahta, segala dunia
berganti dengan malam pertama di liang kubur yang gelap, sunyi, sepi, dingin, sendiri,
tiada teman disisi.
Tidaklah seorang muslim yang di
datangi oleh shalat yang wajib, kemudian dia baik dalam melaksanakan wudhu’,
menhadirkan kekhusyu’an dan ruku’ maka dia akan menjadi penghapus bagi
dosa-dosa yang telah dikerjakan sebelumnya, selama dia tidak pernah berbuat
dosa-dosa besar dan hal itu terjadi selama sepanjang masa”. (Shahih Muslim:
1/206 no: 228)
Dan Nabi saw adalah orang yang
paling banyak khusyu’nya di dalam shalat. Abdullah bin Al-Syikkhir berkata: Aku
melihat Nabi saw mendirikan shalat dan di dalam dada beliau terdengar isak
tangis seperti suara gesekan penggiling tepung karena menangis”. Sunan Abu
Dawud: 1/238 no: 716
Dan Abu Bakr adalah seorang
lelaki yang banyak menangis dikala shalat sehingga dia tidak bisa
memperdengarkan suara bacaannya pada saat sholat mengimami orang. Dan Umar ra,
pada saat dia mengimami orang dalam shalatnya dan membaca surat Yusuf maka isak
tangisnya terdengar sampai pada akhir saf dan dia membaca: Qs. Yusuf:84. Shahih
Bukhari: 1/236
Isham Yusuf bertanya:”Hai Hatim, apa yang dimaksud dengan menyempurnakan shalat?”.
Jawabnya: “Menjelang (sebelum) waktu tiba, sudah siap dengan wudlu sempurna, lalu berdiri tegak di tempat shalat sepenuh jiwa raganya, hingga terbayang seakan-akan Ka’bah didepan mata, dan makam (liang lahat) tepat didada, IQ mengetahui segala isi hati, kaki seakan berada diatas sirath, surga disisi kanan dan Neraka dikirinya, Malaikat Izrail (Izrail, Malaikat Maut ) tepat berada di tengkuk belakangnya, dan punya perasaan bahwa “Shalat ini shalat yang terakhir dilakukan olehnya. ”
Kemudian takbir dengan khusyu’, dan hening penuh dengan tafakkur (berfikir), saat membaca Al-Fatihah dan surat, lalu ruku dengan penuh tawadlu, dan sujud dengan tunduk merendah serta memohon, terus duduk dengan sesempurnanya, baca tahiyat (tasyahud) dengan penuh harapan dan takut, akhirnya salam menurut sunnatur rasul.
Isham Yusuf bertanya:”Hai Hatim, apa yang dimaksud dengan menyempurnakan shalat?”.
Jawabnya: “Menjelang (sebelum) waktu tiba, sudah siap dengan wudlu sempurna, lalu berdiri tegak di tempat shalat sepenuh jiwa raganya, hingga terbayang seakan-akan Ka’bah didepan mata, dan makam (liang lahat) tepat didada, IQ mengetahui segala isi hati, kaki seakan berada diatas sirath, surga disisi kanan dan Neraka dikirinya, Malaikat Izrail (Izrail, Malaikat Maut ) tepat berada di tengkuk belakangnya, dan punya perasaan bahwa “Shalat ini shalat yang terakhir dilakukan olehnya. ”
Kemudian takbir dengan khusyu’, dan hening penuh dengan tafakkur (berfikir), saat membaca Al-Fatihah dan surat, lalu ruku dengan penuh tawadlu, dan sujud dengan tunduk merendah serta memohon, terus duduk dengan sesempurnanya, baca tahiyat (tasyahud) dengan penuh harapan dan takut, akhirnya salam menurut sunnatur rasul.
Semuanya diserahkan secara ikhlas
kepada IQ, lalu berdiri (sesudah selesai shalat) dengan penuh rasa takut jika
tidak diterima shalatnya, dan pula penuh harap diterimanya oleh IQ. Dan semua
dipelihara dengan penuh rasa sabar.”
Tanya Isham:”sejak berapa lama
anda lakukan shalat seperti yang diceritakan tadi?”. Jawabnya:”Sejak 30 tahun.”
Akhirnya ia menangis dan berkata:”Aku sama sekali belum pernah melaksanakan
shalat yang seperti anda jelaskan .”
Bagaimana kita dapat Shalat
Khusyu sementara kita terlalu TAKABUR/ terlalu SOMBONG & yakin jika kita
masih hidup beberapa waktu setelah shalat?
2. WAJIB tahu arti setiap bacaan shalat
2. WAJIB tahu arti setiap bacaan shalat
Qs.4 An-Nisaa':43. Hai
orang-orang yang beriman, JANGANLAH kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan
mabuk, SEHINGGA KAMU MENGERTI APA YANG KAMU UCAPKAN...
Jelas sekali ayat ini menekankan
pada arti bacaan shalat, kita dapat melatihnya secara berlahan. Jangan sampai
puluhan tahun kita hidup di dunia, hafal beratus-ratus lagu Eropa & Lagu
Amerika lengkap dengan nada panjang pendek, intonasi serta artinya dan juga
riwayat pembuatan lagu & riwayat hidup Artis penyanyinya tapi bacaan shalat
saja tidak hafal.
MABUK dalam ayat ini boleh
diartikan sebagai mabuk khamr, tapi juga mabuk dunia, mabuk harta, mabuk tahta,
mabuk cinta pun termasuk pulak dalam hal yang mengganggu shalat sehingga kita
lupa/silap/tak sadar bacaan shalat apa yang telah kita baca, bahkan selalu-nya kita
lupa rakaat ke berapa.
Lebih baik membaca surat pendek
yang kita tahu arti bacaan setiap kata-kata daripada membaca surat panjang yang
kita tak tahu apa artinya. Ingat, untuk mencapai SHALAT KHUSYU dalam Ayat
diatas IALAH FAHAM APA YANG KITA UCAPKAN.
Garis besarnya, dalam ayat ini terdapat 2 hal:
a. Jangan melamun, jangan mabuk, jangan mabuk harta, jangan mabuk cinta, jangan mabuk tahta, jangan mabuk dunia yang membuat kita tidak sadar & tidak tahu apa yang kita ucapkan
b. Arti bacaan shalat yang harus kita fahami untuk mencapai SHALAT KHUSYU
a. Jangan melamun, jangan mabuk, jangan mabuk harta, jangan mabuk cinta, jangan mabuk tahta, jangan mabuk dunia yang membuat kita tidak sadar & tidak tahu apa yang kita ucapkan
b. Arti bacaan shalat yang harus kita fahami untuk mencapai SHALAT KHUSYU
Faham arti bacaan shalat itu
PENTING SANGAT HINGGA KITA TIDAK HANYA DITUNTUT HAFAL BACAAN SHALAT TAPI JUGA FAHAM
ARTINYA AGAR LEBIH KHUSYUK & MENGHAYATI SHALAT
Jadi,,, maaf,,, untuk akhi,
ukhti, kakak, adik yang masih belum faham arti bacaan iftitah, alfatihah,
surah/ayat, ruku, i'tidal, sujud, duduk antara 2 sujud, tahiyat awal &
akhir, maka WAJIB tahu & hafal maknanya. Lebih bagus jika kata demi kata.
Bagaimana mungkin kita dapat
shalat Khusyu jika kita hanya seperti membaca “mantra” yang tidak tahu artinya?
3. Ucapkan dengan SUARA SEDANG/DI ANTARA KERAS & PELAN (((ini penting sekali)))
3. Ucapkan dengan SUARA SEDANG/DI ANTARA KERAS & PELAN (((ini penting sekali)))
Qs. 17 Al-Israa':110 dan
janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula
merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu".
SAUDARA SEMUA MERASA PIKIRAN
MELAYANG KEMANA-MANA SAAT SHALAT??? INILAH PENANGKALNYA
Bila kita pelankan suara atau cuma
di dalam hati saja, maka terkadang fikiran kita akan melayang tak tentu arah,
tapi jika kita baca dengan suara lirih yang didengar oleh diri sendiri, maka
ini akan lebih membantu konsentrasi pada bacaan shalat, arti & MENSUCIKAN
JIWA. Karena ibadah itu semua ditujukan untuk MENSUCIKAN JIWA.
Shalat ialah Syariat, Hakikatnya
ialah MENSUCIKAN JIWA, Ma'rifatnya ialah BERSYUKUR PADA PENCIPTA YANG TELAH
MEMBERIKAN BANYAK KENIKMATAN YANG TAK TERHINGGA.
4. Tuma'maninah
Meski Nampak sepele, tapi justru
Tuma’maninah inilah termasuk penentu sah tidaknya sebuah shalat karena ia
termasuk salah satu dari RUKUN SHALAT.
Tuma’maninah ini lah yang sering
dilupakan oleh banyak orang. Perlahan, tidak terlalu cepat, dinikmati,
dihayati, yakinkah kita jika 10 detik lagi masih hidup? Tuma'maninah ini
termasuk 1 dari 13 rukun shalat. Ingatlah bahwa dalam berbagai hadits shahih
baik Muslim, Bukhari, Ahmad, dan lainnya, sering sekali menceritakan bahwa:
Rasulullah SAW menyuruh orang
yang shalat agar mengulang kembali shalatnya, dan setelah diulang, tapi tetap
saja Rasulullah Muhammad SAW menyuruhnya mengulang lagi shalatnya. Dan setelah
diulang pun, tetap saja Rasulullah Muhammad SAW menyuruhnya mengulang lagi
shalatnya.
Hal ini dikarenakan orang tersebut tidak tenang & tidak Tuma’maninah dalam shalatnya, tergesa-gesa, tidak menghayati, tidak memberikan sepenuh jiwa, hati & raga untuk menghadap Sang Khaliq. Ini pun menandakan bahwa shalat yang tidak Tuma’maninah itu TIDAK SAH! Dan Rasulullah Muhammad SAW memerintahkan agar mengulangi shalatnya hingga sampai berkali-kali.
Hal ini dikarenakan orang tersebut tidak tenang & tidak Tuma’maninah dalam shalatnya, tergesa-gesa, tidak menghayati, tidak memberikan sepenuh jiwa, hati & raga untuk menghadap Sang Khaliq. Ini pun menandakan bahwa shalat yang tidak Tuma’maninah itu TIDAK SAH! Dan Rasulullah Muhammad SAW memerintahkan agar mengulangi shalatnya hingga sampai berkali-kali.
Bagaimana dengan shalat kita
selama ini??? Masihkah kita shalat dengan pikiran tertuju pada Harta, tahta,
cinta & dunia??? Atau Shalat kilat express??? Saat imam belum sempurna
sujud kita sudah bergerak menyamai imam?
Ingatlah bahwa Rasulullah
Muhammad SAW mengajarkan agar kita tidak bergerak sebelum imam betul-betul
melakukan gerakan selanjutnya secara penuh. Sering kita perhatikan saat Imam
baru setengah sujud, kita sudah mengikutinya, ini tidak benar.
Di antara kejahatan pencurian
terbesar adalah pencurian dalam shalat. Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam
bersabda :.
“Sejahat-jahat pencuri adalah
orang yang mencuri dalam shalatnya, mereka bertanya : “ bagaimana ia mencuri
dalam shalatnya? Beliau menjawab : (Ia) tidak menyempurnakan ruku’ dan sujudnya
[Hadits riwayat Imam Ahmad, 5 / 310 dan dalam Shahihul jami’ hadits no : 997]
Thuma’ninah adalah diam beberapa
saat setelah tenangnya anggota-anggota badan. Para Ulama memberi batasan
minimal dengan lama waktu yang diperlukan ketika membaca tasbih. Lihat fiqhus
sunnah, sayyid sabiq : 1/ 124 (pent)
Meninggalkan Thuma’ninah, tidak
meluruskan dan mendiamkan punggung sesaat ketika ruku’ dan sujud, tidak tegak
ketika bangkit dari ruku’ serta ketika duduk antara dua sujud, semuanya
merupakan kebiasaan yang sering dilakukan oleh sebagian besar kaum muslimin.
Bahkan hampir bisa dikatakan, tak ada satu masjid pun kecuali di dalamnya
terdapat orang-orang yang tidak thuma’ninah dalam shalatnya.
Thuma’ninah adalah rukun shalat,
tanpa melakukannya shalat menjadi tidak sah. Ini sungguh persoalan yang sangat
serius. Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
“Tidak sah shalat seseorang,
sehingga ia menegakkan (meluruskan) punggungnya ketika ruku’ dan sujud “ (HR.
Abu Dawud : 1/ 533, dalam shahih jami’ hadits No :7224)
Tak diragukan lagi, ini suatu
kemungkaran, pelakunya harus dicegah dan diperingatkan akan ancamannya.
Abu Abdillah Al Asy’ari berkata :
“ (suatu ketika) Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam shalat bersama
shahabatnya kemudian Beliau duduk bersama sekelompok dari mereka. Tiba-tiba
seorang laki-laki masuk dan berdiri menunaikan shalat. Orang itu ruku’ lalu
sujud dengan cara mematuk, maka Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam barsabda
:
“Apakah kalian menyaksikan orang ini ? barang siapa meninggal dalam keadaan seperti ini (shalatnya) maka dia meninggal dalam keadaan di luar agama Muhammad. Ia mematuk dalam shalatnya sebagaiman burung gagak mematuk darah. Sesungguhnya perumpamaan orang yang shalat dan mematuk dalam sujudnya bagaikan orang lapar yang tidak makan kecuali sebutir atau dua butir kurma, bagaimana ia bisa merasa cukup (kenyang) dengannya. [Hadits riwayat Ibnu Khuzaimah dalam kitab shahihnya : 1/ 332, lihat pula shifatus shalatin Nabi, Oleh Al Albani hal : 131]
“Apakah kalian menyaksikan orang ini ? barang siapa meninggal dalam keadaan seperti ini (shalatnya) maka dia meninggal dalam keadaan di luar agama Muhammad. Ia mematuk dalam shalatnya sebagaiman burung gagak mematuk darah. Sesungguhnya perumpamaan orang yang shalat dan mematuk dalam sujudnya bagaikan orang lapar yang tidak makan kecuali sebutir atau dua butir kurma, bagaimana ia bisa merasa cukup (kenyang) dengannya. [Hadits riwayat Ibnu Khuzaimah dalam kitab shahihnya : 1/ 332, lihat pula shifatus shalatin Nabi, Oleh Al Albani hal : 131]
Sujud dengan cara mematuk
maksudnya : SUJUD DENGAN SANGAT CEPAT, SINGKAT, TIDAK KHUSYU, LAYAKNYA BURUNG
MEMATUK MAKANAN HANYA DALAM 1-3 DETIK SAJA. LANGSUNG TERGESA-GESA BERGERAK KE
GERAKAN SELANJUTNYA. SUJUD INI TIDAK ADA BERHENTI SAMA SEKALI SETELAH MEMBACA
BACAAN SUJUD.
Yang benar ialah menyempurnakan
syariat sujud berupa sujud dengan 7 anggota badan. Kemudian membaca bacaan
sujud dengan tenang, dipahami makna & artinya, TUMAK'NINAH ATAU BERHENTI
SEJENAK SEBELUM BERGERAK KE GERAKAN SELANJUTNYA. Dan jika ia melakukannya
dengan khusyu, seluruh hati hadir ke hadirat ALLAH, maka tak jarang kita akan
menitikkan air mata.
QS.19 Maryam:58 ... Apabila
dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka
menyungkur dengan bersujud dan menangis .
Syariat sujud yang benar adalah
sebagaimana disebutkan dalam hadits Ibnu Abbas bahwasanya ia mendengar Nabi
Shallallahu’alaihi wasallam besabda : “jika seseorang hamba sujud maka ia sujud
denga tujuh anggota badan (nya), wajah, dua telapak tangan, dua lutut dan dua
telapak kakinya”. [HR Jamaah, kecuali Bukhari, lihat fiqhus sunnah, sayyid
sabiq : 1/ 124]
Zaid bin wahb berkata : Hudzaifah
pernah melihat seorang laki-laki tidak menyempurnakan ruku’ dan sujudnya, ia
lalu berkata : kamu belum shalat, seandainya engkau mati (dengan membawa shalat
seperti ini) niscaya engkau mati di luar fitrah (Islam )yang sesuai dengan
fitrah diciptakannya Muhammad Shallallahu’alaihi wasallam.
Orang yang tidak thuma’ninah dalam shalat, sedang ia mengetahui hukumnya, maka wajib baginya mengulangi shalatnya seketika dan bertaubat atas shalat-shalat yang dia lakukan tanpa thuma’ninah pada masa-masa lalu. Ia tidak wajib mengulangi shalat-shalatnya di masa lalu, berdasarkan hadits :
Orang yang tidak thuma’ninah dalam shalat, sedang ia mengetahui hukumnya, maka wajib baginya mengulangi shalatnya seketika dan bertaubat atas shalat-shalat yang dia lakukan tanpa thuma’ninah pada masa-masa lalu. Ia tidak wajib mengulangi shalat-shalatnya di masa lalu, berdasarkan hadits :
“Kembalilah, dan shalatlah, sesungguhnya engkau belum shalat."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar